Sabtu, 12 Mei 2012

Anak Pantai Dari Suku Bajo


Suku Bajo tak bisa lepas dari laut sekalipun mereka sudah menetap di darat. Ketergantungan mereka dengan laut sangat tinggi. Budaya dan cara hidup mereka masih lekat dengan aroma laut. Bila Suku Bajo merawat laut dengan baik dan mengemas budaya serta cara hidupnya secara menarik, tentu dapat menjadi suguhan wisata yang menerik. Suku Bajo dan desanya yang terletak di Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. 

Dari Ibu Kota Provinsi Gorontalo, Konon Suku Bajo berasal dari Laut Cina Selatan. Versi lain menyebutkan nenek moyang mereka berasal dari Johor, Malaysia. Mereka keturunan orang-orang Johor atau keturunan Suku Sameng yang ada di semananjung Malaka Malaysia yang diperintahkan raja untuk mencari putrinya yang kabur dari istana. Orang-orang tersebut mengarungi lautan ke sejumlah tempat sampai ke Pulau Sulawesi. Kabarnya sang puteri berada di Sulawesi, menikah dengan pangeran Bugis kemudian menempatkan rakyatnya di daerah yang sekarang bernama Bajoe. Sedangkan orang-orang yang mencarinya juga lambat laun memilih tinggal di Sulawesi, enggan kembali ke Johor. Keturunan mereka lalu menyebar ke segala penjuru wilayah Indonesia semenjak abad ke-16 dengan perahu. Itulah sebabnya mereka digolongkan suku laut nomaden atau manusia perahu (seanomedic).

Suku Bajo datang ke desa ini dengan menggunakan Palema atau rumah di atas Perahu Soppe beratap rumbia yang terapung di laut dan bergerak hanya dengan bantuan dayung. Selama beberapa tahun, mereka tinggal di Palema. pekerjaan utamanya menangkap ikan. Lambat laut, populasinya bertambah. Mereka kemudian ada yang tinggal di darat dengan membuat rumah panggung kayu di atas laut.
Pada siang hari, perkampungan Suku Bajo ini agak sepi. Pria Suku Bajo dewasa masih melaut, yang tinggal hanya ibu – ibu, orang tua, dan anak-anak. 

Karena mata pencaharian utama Suku Bajo, yakni menangkap ikan secara tradisional. Mereka juga mulai mengenal tambak terapung dengan membudidayakan Lobster, Ikan Kerapu, dan ikan lokal bernama Bobara. Tambak terapung berada tak jauh dari pemukiman suku bajo.
Suku Bajo juga membudidayakan lobster dan sejumlah ikan di tambak terapung, bisa menjadi kegiatan menarik buat wisatawan yang biasa hidup di perkotaan. Belum lagi budaya masyarakat Suku Bajo, seperti perkawinan dan acara selamatan. Adat Perkawinan masyarakat Suku Bajo, saat malam pertama, biasanya pasangan suami istri baru, di lepas ke laut dengan perahu. Mereka menghabiskan malam pertama di atas perahu. Ini merupakan tradisi yang sangat unik.

Bila potensi Wisata Desa Suku Bajo ini lebih dikembangkan oleh Pemerintah setempat, rasanya ada asa baru buat Suku Bajo Kabupaten Boalemo. Suku Bajo di Desa Bajo yang hingga saat ini menamakan dirinya dengan sebutuan “Samee” pastinya bakal mendapatkan penghasilan lain selain melaut.


Ujung Genteng, Sukabumi

Pantai Ujung Genteng terletak di Kabupaten Sukabumi, berjarak sekitar 135 km dari pusat kota Sukabumi, atau sekitar 200 km dari kota Jakarta. Pantai ini, dapat ditempuh dengan memakan waktu sekitar 6-7 jam perjalanan dengan mobil. Objek wisata ini dapat dicapai melalui Jampangkulon – Surade, ibukota kecamatan yang terdekat.
Pantai Ujung genteng, kedengarannya cukup aneh dan lucu bila diartikan secara umum. Dengan panjang garis pantai sekitar 16 km yang mengarah ke Barat menjadikan Ujung genteng sebagai objek wisata paling indah di sepanjang pantai selatan. Keindahannya tak kalah dari pantai tetangga, yakni Pelabuhan Ratu yang sudah lebih dulu dikenal wisatawan bahkan sampai ke mancanegara.

Pada zaman kolonial, Ujung genteng berfungsi sebagai dermaga untuk kapal-kapal Belanda yang berlayar di Samudera Hindia. Ketika Jepang berkuasa, tentara Nipon memanfaatkannya untuk mengangkut hasil alam dari daerah Sukabumi. Namun, saat ini hanya puing-puing saja yang tersisa, seperti dinding kokoh pemecah ombak dan pondasi mercusuar yang masih terlihat jelas.

Selain deburan ombak yang bergulir, tebing yang terjal, dan hamparan pasir putih yang luas, pantai Ujung genteng juga terkenal dengan muaranya, Muara Cipanarikan salah satunya. Muara ini merupakan tempat bertemunya Sungai Cipanarikan yang memotong Suaka Marga Satwa Cikepuh dengan air laut. Sebelum memasuki laut, air sungainya berliku-liku membentuk alur, layaknya ular yang sedang berjalan, sehingga membentuk hamparan pasir yang luas.

Butiran pasir muara Cipanarikan yang lembut sering menjadi arena mainan anak-anak. Mereka berlari-Larian atau membentuk menggambar atau menulis namanya sendiri. Selain itu, di muara ini ada banyak hewan laut, seperti kepiting, burung belibis, biawak, dan ika-ikan muara. Ketika menelusuri sisi pantai, diantara sela-sela tebing kita akan menjumpai ikan-ikan hias yang berenang bebas.

Tak jauh dari wisata pantai Ujung genteng, terdapat pantai Pangumbahan, tempat bertelurnya penyu. Biasanya penyu yang akan bertelur, pada malam hari naik kedarat untuk membuat lubang. Peristiwa bertelurnya penyu adalah pertunjukan yang sangat ditunggu-tunggu oleh para pengunjung. Di tempat ini ada empat spesies penyu endemik Ujung genteng. Namun, habitat mereka yang kini mulai berkurang, sehingga hanya Penyu Hijau yang lebih sering dijumpai bertelur.

Daya tarik lainnya dari Ujung Genteng adalah ombak Tujuh yang berlokasi sekitar 15 km dari Pangumbahan. Untuk mencapai Ombak Tujuh dapat ditempuh dengan berjalan kaki kurang lebih memakan waktu 3-4 jam. Ombak Tujuh merupakan salah satu daerah favorit para wisatawan asing untuk berselancar karena ombaknya selalu berurutan tujuh ombak dan tinggi. Disekitar Ombak Tujuh ada beberapa pulau kecil yang memiliki pantai dan jarang tersentuh oleh manusia.


Keindahan Gunung Bromo

Gunung Bromo merupakan salah satu tujuan wisata di Jawa Timur. Tempat wisata alam ini terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di timur kota Malang, Jawa Timur.
Pengunjungnya bukan hanya wisatawan lokal, bahkan banyak yang berasal dari luar negeri. Dengan pemandangan yang khas membuat Bromo layak menjadi tujuan wisata. Apa saja keistimewaan Gunung Bromo? Dingin, begitulah yang akan Anda rasakan saat pertama kali Anda keluar dari mobil. Suhu disini mencapai 10 derajat bahkan sampai 0 derajat Celsius saat menjelang pagi. Maka, Anda hendaknya mempersiapkan pakaian dingin, topi kupluk, sarung tangan, kaos kaki, syal untuk mengatasinya. Tapi, bila Anda melupakan perlengkapan tersebut, ada banyak penjaja keliling yang menawarkan dagangannya berupa topi, sarung tangan, atau syal. 

Selesai menyaksikan matahari terbit, Anda dapat kembali menuruni Gunung Pananjakan dan menuju Gunung Bromo. Sinar matahari dapat membuat Anda melihat pemandangan sekitar. Ternyata Anda melewati lautan pasir yang luasnya mencapai 10 km². Daerah yang gersang yang dipenuhi pasir dan hanya ditumbuhi sedikit rumput-rumputan yang mengering. Tiupan angin, membuat pasir berterbangan dan dapat menyulitkan Anda bernafas.
Untuk mencapai kaki Gunung Bromo, Anda tidak dapat menggunakan kendaraan. Sebaliknya, Anda harus menyewa kuda dengan harga Rp 70.000,- atau bila Anda merasa kuat, Anda dapat memilih berjalan kaki. Tapi, patut diperhatikan bahwa berjalan kaki bukanlah hal yang mudah, karena sinar matahari yang terik, jarak yang jauh, debu yang berterbangan dapat membuat perjalanan semakin berat.
Sekarang, Anda harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai 250 anak tangga untuk dapat melihat kawah Gunung Bromo. Sesampainya di puncak Bromo yang tingginya 2.392 m dari permukaan laut, Anda dapat melihat kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap. Anda juga dapat melayangkan pandangan Anda kebawah, dan terlihatlah lautan pasir dengan pura di tengah-tengahnya. Benar-benar pemandangan yang sangat langka dan luar biasa yang dapat kita nikmati

Jatuhnya Pesawat Sukhoi Superjet- 100

pesawat Sukhoi
VIVAnews - Markas Besar Polri turut serta dalam penyelidikan dan investigasi penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet-100 (SSJ-100) di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Jika ditemukan adanya sabotase, Polri akan memproses pihak-pihak terkait sesuai hukum berlaku.

Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Saud Usman Nasution, hari ini menjelaskan olah tempat kejadian dan penanganan kasus sepenuhnya diserahkan ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). "Tergantung permintaan KNKT. Kami lihat proses dari tim yang sudah dibentuk kasus ini," kata dia di kantor Mabes Polri.

Saud meminta masyarakat untuk bersabar karena semua pihak saat ini terus bekerja sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. "Kita serahkan dulu pada ahlinya. Tim evakuasi sedang bekerja, tim KNKT olah TKP kerja juga, tim DVI sedang mendata," terangnya.

Dalam kasus ini, Polri bertugas menilai apakah ada perbuatan tindak pidana atau pelanggaran Undang-undang Penerbangan. "Kami tidak bisa berandai-andai tapi sepanjang KNKT ini ada unsur pidana, kami akan tangani. Tapi kalau berkaitan Undang-undang Penerbangan kita akan serahkan kepada yang berwenang berarti Kementerian Perhubungan," jelasnya.
Pesawat Sukhoi ini diketahui hilang kontak saat menggelar demonstrasi dari Bandara Halim Perdanakusuma, Rabu 9 Mei lalu pukul 14.33 WIB. Dalam komunikasi terakhir ke Menara Kontrol Bandara Soekarno Hatta, Pilot Sukhoi sempat meminta turun dari ketinggian 10.000 kaki ke 6000 kaki. Padahal, pesawat sedang berada di areal Gunung Salak dengan ketinggian sekitar 7000 kaki.

Semoga keluarga yang di tinggalkan diberikan kesabaran, dan mereka yang menjadi korban di berikan tempat yang indah di sisi Nya. Semoga pencarian korban berjalan dengan lancar dan cepat mengetahui penyebab dari jatuhnya pesawat sukhoi superjet-100

Sumber :