Jumat, 30 Maret 2012

BBM NAIK ATAU TIDAK?



Bulan April 2012 semakin di depan mata keputusan pasti tentang kenaikan BBM belum di pastikan, demo terjadi di setiap daerah di Indonesia. Semua golongan ikut terjun kejalan mulai dari masyarakat , mahasiswa, buruh, bahkan pejabat daeran juga turun ke jalan dan mereka siap di kenakan sanksi untuk di copot dari jabatannya. Dari remaja sampai ibu- ibu bahkan anak- anak turun ke jalan.


Mereka semua pu ya tujuan yang sama yaitu batalnya kenaikan BBM. Mereka butuh kejelasan yang transparan dijelaskan sebabnya apa bukannya ketidak pastian yang berdedar dimasyarakat. Beri mereka pengertian, Dampak kenaikan BBM memang berdampak kesemua aspek, dari transportasi, naiknya bahan pokok dan masih banyak lagi.
Para ibu dan bapak dewan sibuk memperdebatkan masalah BBM, mereka di DPR saja memiliki dua kubu entah dari hati nurani memikirkan rakyat apa kepentingan politik semata. Yang jelas kami masyarakat gelisah atas kejelasan kenaikan BBM.



Mahasiswa melalukan demo dimana-mana tujuan pasti penolakan BBM tapi makin kesini sikapnya makin anarkis dan berutal. Ngk pake kekerasan atau anarki kan bisa. Boleh berdemo mengeluarkan aspirasi tapi tertib bukannya meresahkan warga yang ada di sekitar tempat demo.
Yaa tinggal menghitung hari apa kenaikan BBM tetap di lakukan apa tidak?
Apa ada unsur politik atau tidak, hanya mereka yang tau para bapak ibu dewan yang duduk di pemerintahan.

Rabu, 28 Maret 2012

Senyum Jalanan




Senyum Jalanan


Ada yang bilang masa yang indah saat kita masih keci, tertawa menangis itu yang sering dirasakan, bermain dan bermain. Tapi berbeda dengan anak-anak yang hidup di jalan dan dibesarkan di jalan.

Mereka berlari bukan untuk mengejar 
tukang balon, tapi mereka berlari untuk berebut mobil-mobil di lampu merah untuk mendapatkan receh demi receh. Mereka bernyanyi bukan di taman kanak-kanak tapi bernyanyi di depan mobil-mobil yang mengkilat. Mereka bermain bukan di tempat bermain sengan segala rupa bentuk mainan tapi mereka bermain di trotoar yang di lengkapi oleh debu dan asap kendaraan.

Mereka tetap hidup dengan apa yang mereka cari mereka miliki, mereka punya mimpi, mereka punya kemampuan tapi mereka tak punya ilmu, tak punya materi. T api mereka tetap tersenyum, senyum anak jalanan.

Sekolah Darurat Kartini

SEKOLAH DARURAT KARTINI


1
Kompas/Wisnu Widiantoro
Beginilah kondisi Sekolah Darurat Kartini di pinggir Jalan Tol Lodan Raya -Sundakelapa -Tanjung Priok.
Adalah Sekolah Darurat Kartini yang mengajak kaum terpinggirkan  untuk bersekolah. Tak pakai biaya, yang penting mau bersekolah dan belajar. Sekolah yang terletak di pinggir Jalan Tol Lodan Raya (Sundakelapa -Tanjung Priok), ini disesaki oleh anak-anak berusia belasan tahun. Mereka anak-anak dari pedagang asongan, pemulung, tukang bangunan, dan tukang ojek, yang ingin meraih cita-cita setinggi langit.

Sejak pukul 07.00 sekolah dibuka hingga pukul 10.00 untuk murid taman kanak-kanak belajar dan bermain. Sedangkan dari pagi hingga tengah hari, murid sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) belajar pengetahuan umum. Setelah itu, siswa SD-SMA belajar keterampilan.

”Saya belajar membuat serbet makan,” ucap siswa kelas 6 SD, Fauziah (13), di SD Darurat Kartini, Ancol, belum, lama ini. Ia mengatakan, sejak kelas tiga SD sudah belajar ketrampilan. Sapu tangan dan taplak meja itu dijahit  tanpa menggunakan mesin. Menurutnya, hasil karyanya itu dijual ke pertokoan dengan harga Rp 100.000 per set.  ”Bahannya dikasih sama  Bu Guru, tapi hasil jualannya untuk saya,” katanya.

Sedangkan Maulana (15), siswa kelas 3 SMP itu belajar memasak. Ia belajar membuat sop buntut dan hasil karyanya itu disajikan saat penyerahan sumbangan dari PT Hero Supermarket Tbk di sekolahnya. Ia berencana menjadi seorang ahli masak. ”Nanti, kalau sudah pandai memasak mau bikin usaha sendiri,” tuturnya. Begitu juga dengan Eli (13)  yang belajar membuat minuman dari buah-buahan segar. Anak bungsu tukang ojek itu ingin suatu saat ini menjual keahliannya tersebut.

Menurut pendiri Sekolah Darurat Kartini, Sri Rosiyanti dan Sri Irianingsih, yang akrab disapa Ibu Kembar,  pendidikan sangat penting untuk anak-anak. Akan tetapi, hanya berbekal pengetahuan saja tidak cukup. Untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, anak-anak juga memerlukan keterampilan. ”Setelah belajar pengetahuan umum mereka harus belajar keterampilan,” ucap Rossy, panggilan Sri Rosiyanti.

Biar Jauh Tetap Dikejar

Umumnya anak-anak yang bersekolah di Sekolah Darurat Kartini tinggal tidak jauh dari sekolah tersebut. Namun, ada juga yang harus menempuh perjalanan setengah jam berjalan kaki ke sekolah itu.  Zubaedah, contohnya, ia setiap hari mengantarkan anaknya yang duduk di bangku TK ke Sekolah Darurat Kartini. ”Kalau naik angkutan, uangnya nggak ada,” ujar perempuan yang bersuamikan kuli bangunan itu.

Ia mengatakan, taman kanak-kanak lain menetapkan bayaran sekolah yang tinggi. Tapi, di Sekolah Kartini, ia tidak membayar sepeser pun. Malah, setiap hari anaknya mendapat susu segelas dan makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. ”Cuma, sekolahnya agak berisik. Semua kelas digabung jadi satu. Belum lagi, kalau ada kereta lewat, suara guru yang mengajar jadi nggak kedengeran,” tuturnya.

Walaupun kondisi sekolah masih minim, ia bersyukur anaknya bisa mengenyam pendidikan. ”Ibu-bapaknya nggak punya banyak duit, tapi  mudah- mudahan anak  saya bisa sekolah yang tinggi,” ujar Zubaedah penuh harap.


http://assets.kompas.com/data/photo/2008/12/03/111319p.JPG