Suku Bajo tak bisa lepas dari laut sekalipun mereka sudah menetap
di darat. Ketergantungan mereka dengan laut sangat tinggi. Budaya dan cara
hidup mereka masih lekat dengan aroma laut. Bila Suku Bajo merawat laut dengan
baik dan mengemas budaya serta cara hidupnya secara menarik, tentu dapat
menjadi suguhan wisata yang menerik. Suku Bajo dan desanya yang terletak di
Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo.
Dari Ibu Kota Provinsi Gorontalo, Konon
Suku Bajo berasal dari Laut Cina Selatan. Versi lain menyebutkan nenek moyang
mereka berasal dari Johor, Malaysia. Mereka keturunan orang-orang Johor atau
keturunan Suku Sameng yang ada di semananjung Malaka Malaysia yang
diperintahkan raja untuk mencari putrinya yang kabur dari istana. Orang-orang
tersebut mengarungi lautan ke sejumlah tempat sampai ke Pulau Sulawesi.
Kabarnya sang puteri berada di Sulawesi, menikah dengan pangeran Bugis kemudian
menempatkan rakyatnya di daerah yang sekarang bernama Bajoe. Sedangkan orang-orang
yang mencarinya juga lambat laun memilih tinggal di Sulawesi, enggan kembali ke
Johor. Keturunan mereka lalu menyebar ke segala penjuru wilayah Indonesia
semenjak abad ke-16 dengan perahu. Itulah sebabnya mereka digolongkan suku laut
nomaden atau manusia perahu (seanomedic).
Suku Bajo datang ke desa ini dengan menggunakan Palema atau rumah
di atas Perahu Soppe beratap
rumbia yang terapung di laut dan bergerak hanya dengan bantuan dayung. Selama
beberapa tahun, mereka tinggal di Palema. pekerjaan utamanya menangkap ikan.
Lambat laut, populasinya bertambah. Mereka kemudian ada yang tinggal di darat
dengan membuat rumah panggung kayu di atas laut.
Pada siang hari, perkampungan Suku Bajo ini agak sepi. Pria Suku
Bajo dewasa masih melaut, yang tinggal hanya ibu – ibu, orang tua, dan
anak-anak.
Karena mata pencaharian utama Suku Bajo, yakni menangkap ikan secara
tradisional. Mereka juga mulai mengenal tambak terapung dengan membudidayakan
Lobster, Ikan Kerapu, dan ikan lokal bernama Bobara. Tambak terapung berada tak
jauh dari pemukiman suku bajo.
Suku Bajo juga membudidayakan lobster dan sejumlah ikan di tambak
terapung, bisa menjadi kegiatan menarik buat wisatawan yang biasa hidup di
perkotaan. Belum lagi budaya masyarakat Suku Bajo, seperti perkawinan dan acara
selamatan. Adat Perkawinan masyarakat Suku Bajo, saat malam pertama, biasanya
pasangan suami istri baru, di lepas ke laut dengan perahu. Mereka menghabiskan
malam pertama di atas perahu. Ini merupakan tradisi yang sangat unik.
Bila potensi Wisata Desa Suku Bajo ini lebih dikembangkan oleh
Pemerintah setempat, rasanya ada asa baru buat Suku Bajo Kabupaten Boalemo.
Suku Bajo di Desa Bajo yang hingga saat ini menamakan dirinya dengan sebutuan
“Samee” pastinya bakal mendapatkan penghasilan lain selain melaut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar