PENGERTIAN
ETIKA
Merupakan cabang ilmu filsafat yang mempelajari pandangan dan persoalan
yang berhubungan dengan masalah kesusilaan yang berisi ketentuan norma-norma moral
dan nilai-nilai yang dapat menentukan prilaku manusia dalam kehidupan
sehari-hari.
MORAL
Moral adalah
suatu aturan atau tata cara hidup yang bersifat normatif (mengatur/mengikat)
yang sudah ikut serta bersama kita seiring dengan umur yang kita jalani (Amin
Abdulah: 167), sehingga titik tekan ”moral” adalah aturan-aturan normatif yang
perlu ditanamkan dan dilestarikan secara sengaja, baik oleh keluarga, lembaga
pendidikan, lembaga pengajian, atau komunitas-komunitas lainnya yang
bersinggungan dengan masyarakat.
MORALITAS
Moralitas adalah
kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar
atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup tentang baik-buruknya perbuatan
manusia. (W.Poespoprojo,)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau adat sopan santun.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau adat sopan santun.
TEORI
ETIKA NORMATIF
Teori
normatif adalah etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku
ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan. Etika
normatif membahas standar dan norma etis universal, memberikan penilaian
baik-buruk. Etika normatif dapat disebut sebagai etika preskriptif yang berarti
memerintahkan, menentukan benar/tidaknya suatu perbuatan. Etika normatif
bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggung-jawabkan
dengan cara rasional dan dapat diterapkan dalam praktek yaitu sebagai penalaran
moralnya.
TEORI DEONTOLOGI
Deontologi
berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. Dalam pemahaman teori
Deontologi memang terkesan berbeda dengan Utilitarisme. Jika dalam Utilitarisme
menggantungkan moralitas perbuatan pada konsekuensi, maka dalam Deontologi
benar-benar melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan. Dalam
suatu perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan
tidak boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya
melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan. Deontologi menekankan
perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak menjadi
perbuatan itu juga baik. Di sini kita tidak boleh melakukan suatu perbuatan
jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu
baik.
Contoh :
Misalkan kita tidak boleh mencuri, berdusta untuk membantu orang lain,
mencelakai orang lain melalui perbuatan ataupun ucapan, karena dalam Teori
Deontologi kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu keharusan.
TEORI TELEOLOGI
Tetologi
adalah sebuah kata yang berasal dari kata Yunani, yaitu telos = tujuan
Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan. Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis-religius tentang eksistensi tujuan dan “kebijaksanaan” objektif di luar manusia .
Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan. Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis-religius tentang eksistensi tujuan dan “kebijaksanaan” objektif di luar manusia .
Contoh dari etika teleology : Setiap agama mempunyai tuhan dan kepercayaan yang berbeda beda dan karena itu aturan yg ada di setiap agama pun perbeda beda .
TEORI HAK ASASI
Dalam
pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau
perilaku. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu
sama. Maka, teori hak pun cocok diterapkan dengan suasana demokratis. Dalam
arti, semua manusia dari berbagai lapisan kehidupan harus mendapat perlakuan
yang sama. Seperti yang diungkapkan Immanuel Kant, bahwa manusia meruapakan
suatu tujuan pada dirirnya (an end in itself). Karena itu manusia harus selalu
dihormati sebagai suatu tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan
semata-mata sebagai sarana demi tercapainya suatu tujuan lain (Bertens, 2000).
Contoh :
Kaum kapitalis memandang kebebasan adl suatu kebutuhan bagi individu utk
menciptakan keserasian antara dirinya dan masyarakat. Sebab kebebasan itu adl suatu
kekuatan pendorong bagi produksi krn ia benar-benar menjadi hak manusia yg
menggambarkan kehormatan kemanusiaan.
TEORI KEUTAMAAN
Memandang
sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu
adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan
sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Contoh keutamaan :
1.
Kebijaksanaan
2.
Keadilan
3. Suka bekerja keras dan Hidup yang baik misalnya,
merupakan suatu keutamaan yang membuat seseorang mengambil keputusan tepat
dalam setiap situasi.
ETIKA DAN AGAMA
Etika dan Agama sama-sama bertujuan
meletakkan dasar ajaran moral, agar manusia dapat membedakan mana perbuatan
yang baik dan yang tidak baik. Berdasarkan pada sifatnya etika
dan agama sama-sama bersifat memberi peringatan dan sama-sama bersifat tidak
memaksa.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar